PARAPAT, KOTA INDAH DI TEPI DANAU TOBA

PARAPAT. Salah satu kota di Kabupaten Simalungun ini keindahannya sungguh memikat hati. Kota ini juga menjadi salah satu daerah yang mengelilingi Danau Toba. Saking luasnya, Danau Toba ini terdapat di 8 Kabupaten di Sumatera Utara, dimana masing-masing daerah menawarkan keunikan tersendiri di setiap lekukannya. Kabupaten di Sumatra Utara yang dapat menikmati keindahan Danau Toba ini antara lain Kabupaten Simalungun, Kabupeten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasudutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, dan kabupaten termuda yaitu Kabupaten Pakpak Bharat. Dari kedelapan kabupaten tersebut, aku belum pernah menginjakkan kaki di Humbang Hasudutan dan Tapanuli Utara. Padahal kabupaten ini tuh cantik banget pemandangannya. Next-lah yah semoga bisa kesana.

Parapat merupakan kabupaten pembuka yang menyajikan pemandangan Danau Toba sepanjang perjalanan. Seneng lho saat aku pertama kali melihatnya tuh. Udah bukan kek danau. Lebih mirip lautan yang terhampar luas dibawah birunya langit. Kaca mobil kubuka, udara udah mulai dingin sejuk. Cekrak cekrek seperti orang yang puluhan purnama ga keluar rumah. Hepi banget akutuh. Ya gimana, emang selama tinggal di Medan, saat itulah pertama kali aku melihat Danau Toba setelah sekian kali merengek tapi ga dibolehin maen kesana sendiri. Syediiiih kan, gaiiiis.

So, kesempatan melihat Danau Toba dari deket itu bener-bener aku manfaatin buat memuaskan dahaga mata setelah sekian lama. Untungnya lagi aku sempet singgah di beberapa tempat sekitar Parapat ini. Berikut tempat-tempat yang pernah aku kunjungi di Parapat

Taman Kera Sibaganding

Di Parapat, di pinggiran jalan, banyak kita jumpai kera di pagar pembatas jalan. Mereka biasanya mengharapkan makanan dari para pengguna jalan. Namun tak sedikit yang dengan tidak sengaja tertabrak kendaraan yang sedang lewat. Nah, Taman Kera Sibaganding ini terletak di pertigaan jembatan yang mau ke arah Parapat. Ga begitu jauh setelah tempat konservasi gajah di Aek Nauli. Penjaganya, aku panggil beliau Bang Manik. Orangnya baik. Istri dan anaknya ikut diajak tinggal disini. Tempatnya memang belum dikelola secara baik seperti Monkey Forest di tempat lain, namun semangat Bang Manik untuk melestarikan monyet, beruk dan siamang layak diacungi jempol. Nggak banyak orang yang mau mengorbankan hidupnya untuk alam. Saya salut sama keluarga beliau.

Siamang yang ada disini nggak banyak. Cuma ada 3 kalau ga salah. Ada si Tara, mamaknya dan bapaknya. Khusus siamang, dikasih makan pisang. Sedangkan monyet dan beruknya, waktu itu dikasih makan pisang sama jagung. Beruk yang paling besar biasanya jadi pemimpin. Waktu aku kesana, ternyata baru ganti pemimpin baru. Pemimpin lamanya namanya Sadam, tapi aku lupa siapa nama beruk si pimpinan barunya. Yaudah lah yah, skip…

Semoga Taman Kera Sibaganding ini berkembang menjadi ekowisata layak dan menarik banyak wisatawan demi kemajuan pariwisata di Parapat. Oh iya yang unik lagi, Bang Manik ini kalau mau manggil mereka pas jam makan, menggunakan terompet tanduk kerbau. Ngauuuuung ngung ngung ngung kaya gitu, tapi aku nggak bisa nggambarin bunyinya persis seperti apa. Pokoknya gitulah yah…

Rumah Pengasingan Soekarno

Bapak Proklamator kita ini pernah diasingkan di Parapat pada saat perang kemerdekaan. Rumah pengasingan ini lumayan sepi untuk ukuran tempat bersejarah. Pas saya mampir kesini rumahnya tutup. Nggak bisa masuk kedalam. Namun disekitar rumah ini ada beberapa kios penduduk penjual cinderamata yang masih pada buka. Mungkin karena awal pandemi, jadi banyak wisatawan yang enggan keluar rumah. Dari rumah singgah Soekarno ini kita bisa melihat Danau Toba dari sisi yang lain.

Sewaktu kesini aku jalan kaki dari penginapan, Hotel Atsari. Nggak terlalu jauh sih. Paling jalan kaki santaiku waktu itu tuh ga sampai 30 menit, banyak berentinya juga buat foto-foto. Sambil menikmati keindahan danau mah nggak berasa tau-tau udah nyampe. Melewati beberapa hotel yang saat itu juga bisa dibilang sepi karena Covid 19. Setelah sampai pertigaan Hotel Inna Parapat, ambil jalan ke kanan melewati pusat informasi The Kaldera. Naik keatas dikit, trus belok kiri ngikutin jalan. Agak nanjak yah, soalnya Rumah Pengasingan ini letaknya seperti diatas bukit gitu. Tapi jalannya tetep harus hati-hati yah. Nah rumah yang paling ujung, itulah tempatnya. Ada rumah dengan bangunan sederhana dari belakang, namun terlihat seperti istana di bagian depan. Sang Saka Merah Putih berkibar di depannya.

Kalau kita turun sedikit ke bawah, ada pantai yang bisa kita nikmati. Beberapa penduduk menyediakan tikar, makanan, minuman untuk beristirahat sejenak. Sekedar menikmati deburan pantai, melihat anak kecil berenang, ataupun ikutan menyipakkan kaki di air

Pantai Bebas Parapat

Tahun 2020 sewaktu aku kesana, Pantai Bebas Parapat masih belum terurus dengan baik. Namun sekarang setelah dibangun kembali menjadi pantai yang layak untuk dikunjungi. Sudah cantik dengan penataan ulang yang ciamik. Pintu masuknya dari sebelah Puskesmas Parapat. Di pantai ini juga melayani penyebrangan ke samosir naik perahu. Waktu itu aku ditawarin sama bapak tukang perahunya dengan ongkos (kala itu, di tahun 2020) sebesar Rp. 12.000 per orang sekali jalan atau 50k kalau mau privat. Bisa naik bebek-bebekan juga disini, tp bayarnya mahal. Pernah ditawarin harganya 300k.

Seperti halnya di beberapa pantai, disini anak pantainya yang masih kecil-kecil juga suka disawerin koin. Mereka akan berebutan menyelam ngambilin uang logam yang kita tabur dari atas. Aku pengen ikutan nyebur, tapi ga bisa renang. Bukan Gadis Pantai, tapi gadis dari gunung kapur Kendeng Utara. Wkwkwkwkwk

Parapat ini juga terdapat dua pelabuhan untuk menyeberang ke Pulau Samosir, yakni Pelabuhan Tiga Raja yang melayani Kapal Tao Toba dan Pelabuhan Ajibata, yang biasanya menggunakan Kapal Feri KMP Ihan Batak. Kalau beruntung, di KMP Ihan Batak ini kita bisa menyaksikan tarian suku Batak

Sebenernya receh banget yah, Bestie. Tapi gini aja akutuh udah bahagia banget. Bisa sejenak keluar dari rumah dan beramah tamah dengan alam. Berasa energiku terisi full kembali. Semoga kalian juga ikut merasakan bahagiaku yah…

Adakah tempat lain yang temen-temen rekomendasikan di Kota Parapat? kasih tau aku yah…siapa tau nanti bisa maen kesana

Thank You 馃檪

36 Comments

  1. Di taman kera sibaganding, kera2, beruk, atau siamangnya jinak ga?..
    Soalnya dulu pernah ke tebing keraton, ada kera2 yg sampe tarik2an tas sama pengunjung ?..hehe..
    Karena keranya mungkin berharap ada makanan yg bisa diambil dari dalem tas si pengunjung..
    Ada beberapa kejadian kyk gini, yg gw lihat..

    Btw, nice post!

    • Jinak, kak. Soalnya diawasin sama pawangnya. Setelah selesai makan pun mereka pada diem nyari kutu/ nyusuin anak. Lainnya ada yang udah pergi entah kemana lagi. Pas ini aku cobain kasih pisang ke mereka. Nggak rebutan banget. Nunggu makanan yang ditangan habis baru minta lagi

  2. Kemarin Rara cerita yang ttg Kab. Dairi yang juga memiliki wilayah akses ke Danau Toba. Kini mbak esti cerita ttg Parapat yang punya akses ke danau toba. Bahkan melayani penyeberangan ke pulau samosir. Kalau aku belum pernah ke parapat. Baru jalur kab.dairi aja. Pemandangan danau toba sangat bagus dari jalan yg ada di perbukitan.
    Kota Balige juga bagus. Pernah dulu baca crita dari temanku yang pergi ke balige..hehhee

    Eehm, itu taman kera-nya pernah tayang di sebuah acara perjalanan. Sangat menarik, karen pawangnya bisa manggil para kera untuk makan. Kera-keranya juga nurut untuk datang berkumpul.

    Cerita yang bagus mbak esti 馃榾

    • Pemandangan di Dairi juga cantik kan, MasVay. Dan memang setiap daerah punya view tersendiri yang menarik.
      Pawangnya di Taman Kera Sibaganding emang keren, Mas. Perlu keahlian tersendiri memanggil mereka buat makan dengan tidak berantem satu sama lain.

  3. Hhhmmm..
    Bukannya kabupaten yg mengelilingi danau toba cuman 7 ya. Pakpak Bharat tidak berbatasan langsung dengan danau toba.
    Cmiiw

    • Bangunan Rumah Pengasingan Soekarno bagus ya kak, unik gitu.
      Btw itu kera虏nya liar ga kak? suka ngambil barang pengunjung gitu ga?

      • Iya, tapi sayangnya aku ga bisa masuk kedalam. Saat itu memang pas lagi awal pandemi sih.
        keranya ga galak. Awalnya aku juga takut pas dideketin beruk, tapi ternyata mereka nggak nakal. Malah berantemnya rebutan makanan antara beruk dan monyet. Tapi asal Bang Manik teriak, mereka udah diem lagi menikmati makanan

    • Thanks koreksinya, Bebs. Iya benar, Pakpak Bharat memang tidak berbatasan langsung dengan Danau Toba, yang berbatasan langsung ada 7 kabupaten. Tapi Pakpak Bharat memang berada di kawasan Danau Toba yang disinyalir sebagai sumber mata airnya Danau Toba melalui hutan-hutan lebatnya disana.

  4. Tau kota Parapat karena dulu ada teman kantor yang orang Parapat. Dia suka cerita tentang indahnya Danau Toba. Selalu tertarik kalau ada yang membahas kota-kota di Sumatera Utara. Nice article.

  5. Jaket kubbunya cool! Aku belum pernah ke sana sih, jadi aku membayangkan seperti apa di sana dari cerita Mbak Esti 馃槢

  6. Muhamad Prasetyo

    kalau ke tempat-tempat kayak gini tuh pengennya ketemu Pak Kadesnya, untuk tanya ada tanah yang dijual nggak ?
    hahaha

  7. jadi kepo, itu kalo para beruk, siamang dan monyet, pergantian pemimpinnya seperti apa

    ko bisa tau beb mereka baru pergantian pemimpin?

    makasih ya udah di ajak jalan ke Parapat

    • Kl siamang nggak ada pemimpin, Kak. Mungkin karena jumlahnya nggak banyak yah. Kalau beruk, ketua geng sebelumnya berantem gitu sama yang merasa kuat kayaknya. Ga tau juga bentuk berantemnya gimana. Pokoknya sampai ada salah satu yang mati. Yang menang jadi pemimpin baru.

  8. Sy pernah ke tempat pengasingan bung Karno di Ende. Gak nyangka kalau beliau pernah diasingkan di perapat jg. Perapat dan Ende itu kan jauh banget

    • Bung Karno diasingkan ke Parapat ini malah setelah Kemerdekaan RI di tahun 1949 bersama Hj. Agus Salim dan Sutan Sjahrir setelah sebelumnya diasingkan di Brastagi. Kalau pengasingan yg di Ende sepertinya sebelum Kemerdekaan yah, Kak…

  9. Huaaa ngga nyangka Kak Suci bakal tulis soal ini hehehe

    Parapat emang ngga ada matinya sih, wisata di Danau Toba emang sedang berkembang dan sepertinya akan terus berkembang. Sejarah dapat, cuci mata juga dapat hehehe. Sayang ya Sumut emang cukup terhalang dengan akses yang tidak segampang jika di wilayah Jawa

    • Kupikir dulu Medan yah Danau Toba. Ternyata jauuuuuh. Dan itu kalau naik angkot/bis sepertinya menghawatirkan. Jalan yang belak belok naik turun, bawaan barannya bejibun sampai diatap. Semoga dengan mulai banyak bermunculan destinasi baru, wisata Danau Toba semakin berkembang.

  10. Tq utk ulasan kota Parapat.
    Baru tahu.
    Jadi bisa membayangkannya…

  11. Memang tidak bisa dipungkiri, sebagai salah satu wisata prioritas pemerintah, Danau Toba sangat banyak sekali pekembangannya sekarang ini, sebagai orang yang lahir dan besar di Bumi Tapanuli, saya bisa bisa menyaksikan betapa massif nya pekembangan wisata Danau Toba sekarang ini, dari berbagai fasilitas, hingga banyak nya objek wisata yang baru dibuka dikawasan Danau Toba, semoga ini juga menjadi momentum kebangkitan wisata Tanah Air khusus nya sekitaran Danau Toba, agak kelak bisa menjadi kawasan wisata kelas dunia, bukan hanya pemandangannya saja, tetapi juga budaya dan keramahtamahan penduduk nya.

    • Horas, Bang Ruly
      Semoga tol Tebing – Parapat segera jadi yah, Bang. Jadi akses wisatawan ke Danau Toba lebih optimal. Dan semoga pembangunan Danau Toba sebagai salah satu dari 5 destinasi pariwisata super prioritas mampu mengembangkan wisata Danau Toba

  12. Meski waktu itu aku banyak takutnya makan di parapat, tapi pengen deh kesana lagi.

    Btw jaketnya kece yah #EH

    • Tempat makan paling aman disana itu menurutku yah Pecel Lele Mas Joko yang dulu di sebrang masjid Parapat (sekarang udah pindah katanya) sama RM Marina, dekat Hotel Inna Parapat. Tapi disana banyak RM padang lainnya juga lho, Bebs

  13. Wah salut sama bang manik dan keluarga. Mau mengurus kera2. Dan unik juga cara ngasih makannya. Pake terompet. Sayang ya mbaak nggak bisa masuk ke rumah pengasingan bung karno.

  14. Tinggal dan menetap di tempat baru jadi ada tempat-tempat baru yang bisa dieksplor juga ya mba, apalagi kalau pasangannya juga asik nih diajak jalan-jalan engga mageran hahha.. Bisa ke rumah pengasingan soekarno dan danau parapat. Aku pengen main2 ke danau toba, katanya bagus banget dan relatif dingin yaa

    • Sayangnya ga bisa eksplore sendiri, Cuint. Ga bisa sebebas waktu masih single. Tapi lumayanlah bisa jalan.
      Parapat lumayan dingin, tapi ga dingin banget. Sejuk lah. Sewaktu kesana jam 6 pagi pas turun kabut. jadi kaya gerimis gitu

  15. Tuty Prihartiny

    Hemmm… Banyak banget kak destinasi menarik di Parapat seperti menemui ‘kepala adat serta beberapa rumah adat yang konon usianya lebih dari 100 tahun. Pantai & air terjunnya juga cantik cantik. Masyarakatpun dengan antusias menceritakan objek2 wisata yang ‘bikin nyesel’ klu ndak didatangi… Ada pengalaman menarik, ketika singgah disatu rumah adat dan ketika mereka tahu saya muslim, mereka terus terang tidak bisa menjamu karena tidak yakin ….. Namun tetap hangat menyambut kami….

    • Waaah…menyenangkan sekali bisa ketemu kepala adat disana yah. Sayang banget aku belum bisa mengeksplore lebih dalam wisata di Parapat. Makasih atas sharingnya yah, Kak Tuti 馃檪

  16. nyet dan kawan2nya nakal gak tuh y, takut aku kalo ada nyet suka rebut kacamata hihi, duh view pantainya bagus banget

  17. Parapat emang gak ada obat. Kemudian menyebrang ke Samosir via Ajibata. Motivasi aku pingin mengunjungi Danau Toba lagi salah satunya karena view-nya yang bikin tenang, hawanya yang sejuk, ditambah lagi kuliner yang rasanya beda dengan yang ada di sini.

  18. Sayangnya rumah pengasinan pak soekarno di tutup ya kak, kalo gak bisa liat bukti sejarah lain yaa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *